Mahasiswa Kupu-Kupu dan Mahasiswa Kura-Kura, Jago Mana?
Mahasiswa Kupu-Kupu dan Mahasiswa Kura-Kura, Jago Mana? – Siapa yang waktu kuliah pernah ditanyain termasuk tipe mahasiswa kupu-kupu atau kura-kura??? Tentunya hampir semua mahasiswa pernah mendapat pertanyaan seperti itu. Kalau bukan mahasiswa kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang, ya mahasiswa kura-kura, kuliah-rapat-kuliah-rapat. Kadang tipe mahasiswa ini kerap kali menjadi pergunjingan yang cukup hangat untuk dibahas ketika nongkrong di kantin atau nunggu dosen di kelas. Sering kali topik ini menjadi pertanyaan di benak kita, mahasiswa kupu-kupu dan mahasiswa kura-kura, jago mana?
Sifat Mahasiswa Kupu-Kupu dan Mahasiswa Kura-Kura
Para mahasiswa kupu-kupu cenderung menganggap mahasiswa kura-kura tidak baik karena bagaimana pun tujuan kuliah ya untuk belajar. Tidak menjadi mahasiswa aktif organisasi pun ga masalah bagi kaum kupu-kupu. Asal nilai di kelas aman, nggak ada mengulang mata kuliah, dan lulus dengan predikat minimal sangat memuaskan. Nah lain halnya sama para kaum kura-kura. Bagi mereka, ilmu tanpa praktek di lapangan itu nggak ada apanya. Kaum kura-kura cenderung mengutamakan pengalaman yang bisa mereka dapatkan di organisasi untuk bekal mereka nanti mencari pekerjaan. Jadi bagi mereka kebanyakan, nggak masalah lulus dengan predikat memuaskan atau lulus di waktu yang tepat (bukan tepat waktu), yang penting point SKP melebihi standar. Bahkan kalau bisa, satu black note isinya sertifikat kepanitiaan doang dari semester satu sampai semester akhir.
Lalu kira-kira, semua sertifikat itu akan berperan nggak sih ketika bekerja? Atau nilai-nilai yang di dapat semasa kuliah, bakal berpengaruh besar nggak sih ketika masuk dalam tempat kerja? Kali ini tulisan ini akan membahas secara singkat mengenai pengaruh tipe mahasiswa kupu-kupu dan kura-kura dalam dunia kerja. Tapi sebelumnya dicatat dulu ya kalau pada tulisan ini, semuanya dibahas secara objektif bukan subjektif. So, jangan auto generalisasi tulisan ini dengan kisah nyata kalian ya!
Antara Akademis dan Praktek, yang mana lebih berpengaruh pada dunia kerja?
Jadi sebenarnya akademis dan praktek itu sama pentingnya. Kita tidak bisa mengutamakan salah satu dan kemudian mengesampingkan yang lainnya. Ketika kita aktif mengikuti kepanitiaan di kegiatan-kegiatan kampus, sebenarnya kita sedang melatih kemampuan praktek kita atau yang sering dibilang melatih soft skill. Mengapa demikian? Karena ketika kita bekerja di lapangan, kita tidak bisa terlalu kaku dengan teori-teori yang ideal sebagaimana kita dapatkan di kelas. Ketika kita terjun langsung untuk bekerja di lapangan, yang kita hadapi bukan lagi perihal dosen yang akan menilai kita benar atau salah dengan merujuk pada teori. Tetapi yang kita hadapi adalah watak dan karakter manusia yang berbeda-beda. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Manusia terlahir dengan pikiran yang berisi pandangan-pandangannya terhadap sesuatu yang tidak bisa kita jangkau. Menjangkau pun kita tak mampu, apalagi mengatur. Sehingga apa yang ada pada pandangan kita yang kita anggap benar, belum tentu di pandangan orang lain juga benar.
Mengerjakan pekerjaan kepanitiaan sebenarnya dapat melatih kita untuk terbiasa menghadapi orang yang kita ajak bersama menyelesaikan suatu pekerjaan dengan watak dan karakter yang berbeda-beda itu tadi. Jika kita terlatih untuk menjadi fleksibel dan tau bagaimana cara menghadapi orang dengan tipe tertentu, maka ketika menghadapi dunia kerja kita akan lebih mudah dan cepat beradaptasi dengan lingkungan kantor dan juga membaca karakter bos kita. Dengan modal itu, tidak menutup kemungkinan kita dapat mengambil hati teman sejawat hingga bos kita lho.
Tetapi, perlu di catat bahwa kamu akan lebih mudah bekerja jika secara teori kamu juga paham. Selain karena terlatih bekerja, menguasai teori juga membuat kamu lebih mudah untuk bekerja lho! Bahkan bisa membuat kamu bekerja lebih cepat. Jika di dalam kantormu ada rekan yang hanya pandai karena terbiasa saja, kamu yang paham teori tentu bisa menciptakan inovasi-inovasi baru untuk menyelesaikan pekerjaanmu karena kamu paham dan menguasai teori yang berkaitan dengan pekerjaanmu itu. Dengan demikian, siapa yang akan lebih cepat maju? Tentu kita yang mampu berinovasi dong! Maka dari itu, menguasai teori itu sangat penting.
Akademis dan Praktek sama pentingnya
Dari pembahasan singkat diatas, pada intinya tulisan ini hanya ingin menyampaikan pesan buat kalian yang masih mahasiswa, atau mahasiswa baru, atau mahasiswa yang baru tamat dan mau cari kerja, jangan pernah sekali-sekali meremehkan praktek dan akademis. Kedua hal itu harus seimbang! Jangan mencemooh kaum kupu-kupu atau sebaliknya, mencemooh kaum kura-kura. Menjadi mahasiswa kupu-kupu atau kura-kura adalah pilihan masing-masing individu dan mereka bebas mau menjadi apa saja. Yang terpenting adalah catat untuk diri sendiri bahwa, “jadi mahasiswa tipe apa pun saya, saya harus mengasah kemampuan saya berpraktek dan kemampuan akademis saya.” Sekian.